Berhenti Mengeluh, Mulailah Bersyukur
Oleh: AM Saputra – 4M5
QS. Ibrahim ayat 7: “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkarinya, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Allah berfirman dalam QS. Ibrahim ayat 7: “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkarinya, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Ayat ini menunjukkan betapa Allah hanya meminta sedikit rasa syukur dari kita. Bahkan jika kita menunjukkan syukur sekecil apa pun, Allah berjanji dengan bahasa paling kuat: “Aku pasti akan menambah nikmat-Ku kepadamu.” Allah menggunakan kata “Aku”, padahal dalam Al-Qur’an biasanya digunakan kata “Kami”. Hal ini menandakan betapa serius dan tegasnya janji Allah.
Syukur bukan hanya ucapan Alhamdulillah, tetapi sebuah sikap hidup, cara berpikir, dan gaya hidup. Syukur adalah melihat nikmat dalam setiap keadaan, bukan hanya mengeluh atas kekurangan. Bersyukur bisa ditunjukkan kepada Allah, tetapi juga kepada orang tua, guru, sahabat, pasangan, atasan, atau siapa pun yang pernah memberi kebaikan. Bahkan kesehatan, tubuh, pekerjaan, dan kesempatan hidup adalah nikmat yang patut disyukuri. Allah tidak membatasi tambahan nikmat itu. Ia bisa berupa rezeki, ilmu, iman, kesabaran, kesehatan, atau kebahagiaan. Itulah keindahan ayat ini: syukur sekecil apa pun akan membuka pintu nikmat yang lebih banyak, lebih luas, dan lebih berlimpah.
Ayat ini juga disampaikan oleh Nabi Musa alayhi salam kepada Bani Israel setelah mereka diselamatkan dari Fir’aun. Mereka baru saja melewati penderitaan, kehilangan anak-anak, dan trauma panjang. Alih-alih memberi khutbah tentang kesabaran, Musa justru berbicara tentang syukur. Karena sejatinya, kesabaran tidak akan pernah bisa dimiliki tanpa rasa syukur lebih dulu. Dengan syukur, seseorang akan mampu bertahan menghadapi ujian hidup, karena ia melihat nikmat Allah di balik setiap penderitaan.
Menariknya, Allah tidak menulis ayat ini dalam bentuk ancaman langsung. Dia tidak mengatakan: “Jika kamu tidak bersyukur, maka azab-Ku sangat pedih.” Allah hanya berfirman: “Azab-Ku sangat pedih.” Tanpa kata penghubung, tanpa struktur “jika-maka” yang tegas. Seolah-olah Allah memberi kelonggaran, tidak langsung mengaitkan kekufuran nikmat dengan azab. Bahkan dalam hal ancaman, Allah masih menunjukkan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya.
Karena itu, pesan utama dari ayat ini adalah berhentilah mengeluh. Berhenti mengeluh tentang tubuhmu, pekerjaanmu, kesehatanmu, atau hal-hal kecil yang tidak sempurna. Berhentilah pesimis, sinis, dan terlalu sering melihat sisi buruk dari kehidupan. Sebaliknya, mulailah bersyukur. Syukuri hal-hal kecil sebelum nikmat besar: keluarga, sahabat, guru, kesehatan, waktu, dan kesempatan hidup. Dengan syukur, hati menjadi lapang, jiwa menjadi tenang, dan hidup penuh dengan keberkahan. Dan yang paling penting, janji Allah pasti benar: siapa yang bersyukur, nikmatnya akan ditambah tanpa batas.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang bersyukur, selalu melihat sisi terang dari segala hal, dan layak menerima janji-Nya.
#SeriTadabburAyat : Ust Nouman Ali, penyelaras Ade MS