Belajar Menjaga Diri dari Kisah Godaan Nabi Yusuf

Oleh: AM Saputra – 4M5

Kisah Nabi Yusuf ‘alaihis-salām bukan sekadar cerita masa lalu yang indah untuk dibaca. Al-Qur’an menempatkannya sebagai pelajaran hidup yang selalu relevan dengan masalah kita hari ini. Salah satu bagian yang paling terkenal adalah ketika Yusuf muda menghadapi godaan besar dari istri seorang pejabat tinggi Mesir.

Allah menggambarkan bagaimana wanita itu merayunya dengan penuh siasat: pintu-pintu rumah dikunci rapat, kata-kata manis dilontarkan, dan kesempatan untuk berbuat dosa terbuka lebar. Semua kondisi seakan memaksa Yusuf untuk tergelincir. Tapi jawaban Yusuf begitu singkat dan tegas:

“Aku berlindung kepada Allah! Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku tempat yang baik. Sesungguhnya orang-orang zalim tidak akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23)

1. Godaan Itu Datang Perlahan

Dalam bahasa Arab, kata yang digunakan untuk menggambarkan rayuan itu adalah rawada, yang artinya menggoda sedikit demi sedikit. Artinya, dosa jarang datang secara langsung, melainkan dimulai dengan hal-hal kecil: obrolan ringan, pujian, hingga berani melangkah lebih jauh.

Pelajaran ini sangat relevan bagi anak muda sekarang. Godaan tidak selalu hadir dalam bentuk yang vulgar, tetapi sering datang dalam bentuk pesan singkat, ajakan hangout, atau sekadar candaan yang berlanjut.

2. Yusuf Ingat Bahwa Allah Selalu Melihat

Meski semua pintu terkunci, Yusuf sadar ada satu “pintu” yang tak pernah bisa ditutup: pengawasan Allah. Inilah yang membedakan orang beriman—ia bisa saja punya kesempatan, tetapi ia memilih untuk takut kepada Allah, bukan kepada manusia.

Dalam kehidupan kita, situasi serupa bisa muncul di banyak tempat: di kampus, kantor, bahkan di dunia digital. Pertanyaannya, apakah kita masih mengingat Allah ketika tak ada manusia lain yang tahu?

3. Jangan Berlama-lama di Tempat yang Salah

Satu hal yang menarik, Yusuf tidak berlama-lama memberikan nasihat panjang kepada wanita itu. Ia tidak berkata, “Tolonglah, ini dosa, berhentilah.” Tidak. Ia langsung lari menjauh.
Itulah hikmah besar: ketika berada di situasi yang berpotensi menggiring kita pada dosa, jangan coba-coba bertahan. Semakin lama kita di sana, semakin besar kemungkinan kita tergelincir.

4. Bukan Sekadar Kisah, Tapi Peringatan

Nouman Ali Khan menekankan, kisah Yusuf bukan dongeng untuk hiburan, tapi peringatan nyata. Jika kita saat ini sedang terjebak dalam hubungan atau interaksi yang haram—baik yang disembunyikan dari orang tua, atau yang dianggap “cuma iseng”—ayat ini sedang berbicara langsung kepada kita.

Allah ingin kita sadar: ini bukan dosa kecil, ini taruhannya iman. Jalan terbaik hanyalah dua: tinggalkan sepenuhnya, atau jadikan hubungan itu halal dengan pernikahan.

Penutup

Dari Yusuf, kita belajar bahwa kekuatan iman bukanlah ketika tidak ada godaan, tetapi ketika kita mampu berkata “Aku berlindung kepada Allah” saat pintu-pintu dosa terbuka lebar.

Jadi, mari jadikan kisah Yusuf sebagai cermin. Bukan sekadar cerita indah di mushaf, tapi pelajaran hidup yang menuntun kita menjaga kesucian hati, diri, dan hubungan kita.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *